Filosofi Dapur

Filosofi Dapur

Dapur menjadi bagian terpenting dan harus ada di dalam sebuah rumah. Dapur menjadi tempat penting bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia karena fungsi utamanya sebagai tempat memasak. Namun mari kita menilik sisi lain dari sebuah dapur. Ada banyak filosofi yang ada di dalam sebuah ruangan bernama dapur.

Dapur-dapur yang dimiliki oleh masyarakat Mendawai jauh dari kata minimalis. Hampir semuanya berukuran besar, bahkan bisa setengah dari luas bangunan rumah. Dan saya menemukan filosofi sendiri selama berada di dapur-dapur milik warga Mendawai. Dapur tidak hanya tempat untuk memasak namun sebagai tempat dimana interaksi terbangun.

Berbicara panjang lebar dalam durasi lama berada di dapur. Dapur yang sangat luas itu diubahnya menjadi tempat yang dapat membangun komunikasi sesama penghuni rumah bahkan orang lain. Istilahnya, dapur menjadi tempat nongkrong apabila sedang di rumah. Tapi memang benar, interaksi banyak terbangun di dapur. Bukan diteras, bukan di sungai ataupun di halaman rumah.

Dapur adalah pusat kebudayaan tertinggi dalam rumah. Pusat segala kegiatan di rumah. Interaksi pun lebih banyak di dapur. Seperti rumah-rumah jaman dahulu, dapur tempatnya paling luas. Tidak seperti jaman sekarang dapur semakin sempit, tidak heran manusia jarang berinteraksi satu sama lain meski berada di dalam rumah. Dapur harus besar karena dari situlah kebudayaan suatu rumah tangga muncul.

Dari dapur dapat menghasilkan makanan yang menjadi unsur kebutuhan utama manusia. Kalau kebutuhan perut terpenuhi dengan baik, disajikan makanan baik maka segala tingkah laku pun akan menjadi baik.

Dapur-dapur tradisional masa lalu tak terlepas dengan peralatan atau teknologi masak yang sangat sederhana. Selain tepas atau dalam bahasa Indonesia disebut kipas, para kaum ibu di Jawa juga sering menggunakan alat lain yang mempunyai fungsi sama.

Alat itu di antaranya semprong. Hanya semprong ini lebih diutamakan untuk menyalakan bara api yang sedang padam dari keren, dhingkel, maupun luweng yang berbahan baku kayu.

Apabila di tengah memasak apinya mati, maka untuk menyalakan api bisa menggunakan semprong. Caranya dengan meniupkan udara dari mulut di ujung semprong dan diarahkan ke lubang tungku tempat bara api. Lama-kelamaan bara api menyala dan kembali memanasi peralatan dapur yang dipakai memasak.

Semprong secara filosofis memiliki makna seperti motivator bagaimana menghidupkan api yang ada di dalam diri manusia. Karena fungsi api tidak hanya negatif, membakar merusak, tetapi berfungsi untuk menanak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *